Senin, 24 Januari 2011

Istiqamah dalam Kehidupan.....


Saudaraku..
Sahabat dan alim ulama mengartikan istiqamah dalam kehidupan beragam diantaranya:
- Abu Bakar Shiddiq ra ketika ditanya tentang istiqamah ia menjawab; bahwa istiqamah adalah kemurnian tauhid (tidak boleh menyekutukan Allah dengan apa dan siapapun)
- Umar bin Khattab r.a. berkata: “Istiqamah adalah komitment terhadap perintah dan larangan dan tidak boleh menipu sebagaimana tipu musang”
- Utsman bin Affan ra berkata: “Istiqamah adalah mengikhlaskan amal kepada Allah swt”
- Ali bin Abu Thalib ra berkata: “Istiqamah adalah melaksanakan kewajiban-kewajiban”
- Hasan Bashri berkata: “Istiqamah adalah melakukan ketaatan dan menjauhi kemaksitan”
- Mujahid berkata: “Istiqamah adalah komitmen terhadap syahadat tauhid sampai bertemu dengan Allah swt”
- Ibnu Taimiah berkata: “Mereka beristiqamah dalam mencintai dan beribadah kepaada-Nya tanpa menengok kiri kanan”
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah….
Jadi muslim yang beristiqamah adalah muslim yang selalu mempertahankan keimanan dan aqidahnya dalam situasi dan kondisi apapun, baik di bulan Ramadhan maupun di bulan lainnya. Ia bak batu karang yang tegar mengahadapi gempuran ombak-ombak yang datang silih berganti. Ia tidak mudah loyo atau mengalami futur dan degredasi dalam perjalanan hidupnya. Ia senantiasa sabar dalam memegang teguh tali keimanan. Dari hari ke hari semakin mempesona dengan nilai-nilai kebenaran dan kebaikan Islam. Ia senantiasa menebar pesona Islam baik dalam ruang kepribadiannya, kehidupan keluarga, kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Itulah cahaya yang selalu menjadi pelita kehidupan. Itulah manusia muslim yang sesungguhnya, selalu istiqomah dalam sepanjang jalan kehidupan.

Ada 5 tips mewujudkan istiqamah dalam hidup:
1. Muraqabah adalah perasaan seorang hamba akan kontrol ilahi dan kedekatan dirinya kepada Allah. Hal ini diimplementasikan dengan mentaati seluruh perintah Allah dan menjauhi seluruh larangan-Nya, serta memiliki rasa malu dan takut, apabila menjalankan hidup tidak sesuai dengan syariat-Nya.
2. Mu’ahadah yang dimaksud di sini adalah iltizamnya seorang atas nilai-nilai kebenaran Islam. Hal ini dilakukan kerena ia telah berafiliasi dengannya dan berikrar di hadapan Allah SWT.
3. Muhasabah adalah usaha seorang hamba untuk melakukan perhitungan dan evaluasi atas perbuatannya, baik sebelum maupun sesudah melakukannya.
4. Mu’aqabah adalah pemberian sanksi oleh seseorang muslim terhadap dirinya sendiri atas keteledoran yang dilakukannyaRata Penuh
5. Mujahadah adalah optimalisasi dalam beribadah dan mengimplementasikan seluruh nilai-nilai Islam dalam kehidupan.

Saudaraku..
semoga kita tergolong hamba yang istiqamah dalam kehidupan hingga menjadi hamba yang beruntung,amin..
Kesempurnaan hanya milik Allah SWT

Wassalamu 'alaikum wr wb (quranc enlightment)

Kamis, 20 Januari 2011


Seorang pengusaha sukses jatuh di kamar mandi dan akhirnya stroke, sudah 7 malam dirawat di RS di ruang ICU.Tubuhnya terbujur tak berdaya. Samar-samar dia melihat dokter yang merawatnya berbicara kepada istrinya. Dia tidak paham yang mereka bicarakan.Dokter itu menggelengkan kepalanya, kemudian istrinya terlihat sedih sambil memandangnya. Kemudian dia tak sadarkan diri.

Tepat pukul 24.00, saat orang-orang terlelap . Dia melihat sesosok bayangan terang. Sesosok itu menatapnya dingin.

" Aku adalah malaikat maut ..." katanya datar. Malaikat menghampiri si pengusaha yang terbaring tak berdaya.

" Aku hanya memberi kabar padamu, Kalau dalam waktu 24 jam ada 50 orang berdoa buat kesembuhanmu, maka kau akan tetap hidup. Tapi jika dalam 24 jam jumlah yang aku tetapkan belum terpenuhi, itu artinya kau akan meninggal dunia ! "

"Kalau hanya mencari 50 orang, itu mah gampang ..." kata si pengusaha ini dengan yakinnya. Setelah itu Malaikat pun pergi dan akan datang 1 jam sebelum batas waktu yang sudah disepakati.

Keesokan harinya, Tepat pukul 23:00, Malaikat kembali mengunjunginya; dengan antusiasnya si pengusaha bertanya, "Apakah besok pagi aku sudah pulih? Pastilah banyak yang berdoa buat aku, jumlah karyawan yang aku punya lebih dari 2000 orang, jadi kalau hanya mencari 50 orang yang berdoa pasti bukan persoalan yang sulit."

Malaikat itu menjawab, "aku sudah berkeliling mencari suara hati yang berdoa buatmu tapi sampai saat ini baru 3 orang yang berdoa buatmu, sementara waktumu tinggal 1 jam lagi, rasanya mustahil kalau dalam waktu dekat ini ada 50 orang yang berdoa buat kesembuhanmu."

Tanpa menunggu reaksi dari si pengusaha, si Malaikat menunjukkan layar besar mirip layar bioskop dan menunjukkan siapa 3 orang yang berdoa buat kesembuhannya.

Di layar itu terlihat wajah duka dari sang istri, di sebelahnya ada 2 orang anak kecil, putra-putrinya yang berdoa dengan khusuk dan tampak ada tetesan air mata di pipi mereka.

Kata Malaikat, "Aku beritahu, kenapa Tuhan memberikanmu kesempatan kedua ?? Itu karena doa istrimu yang tidak putus-putus berharap akan kesembuhanmu."

Kembali terlihat di mana si istri sedang berdoa jam 2:00 subuh,

"Tuhan, aku tahu kalau selama hidupnya suamiku bukanlah suami atau ayah yang baik! Aku tahu dia sudah mengkhianati pernikahan kami, aku tahu dia tidak jujur dalam bisnisnya, dan kalaupun dia memberikan sumbangan, itu hanya untuk popularitas saja untuk menutupi perbuatannya yang tidak benar di hadapanMu. Tapi Tuhan, tolong pandang anak-anak yang telah Engkau titipkan pada kami, mereka masih membutuhkan seorang ayah dan hamba tidak mampu membesarkan mereka seorang diri." Dan setelah itu istrinya berhenti berkata-kata tapi air matanya semakin deras mengalir di pipinya yang kelihatan tirus karena kurang istirahat.

Melihat peristiwa itu, tanpa terasa, air mata mengalir di pipi pengusaha ini . . . timbul penyesalan bahwa selama ini dia bukanlah suami yang baik dan ayah yang menjadi contoh bagi anak-anaknya, dan malam ini dia baru menyadari betapa besar cinta istri dan anak-anak padanya.

Waktu terus bergulir, waktu yang dia miliki hanya 10 menit lagi, melihat waktu yang makin sempit semakin menangislah si pengusaha ini, penyesalan yang luar biasa tapi waktunya sudah terlambat! Ternyata sampai menit terakhir belum ada lagi orang yang mendoakannya...

Dengan setengah bergumam dia bertanya, "Apakah di antara karyawanku, kerabatku, teman bisnisku, teman organisasiku tidak ada yang berdoa buatku?"

Jawab si Malaikat, "Ada beberapa yang berdoa buatmu ketika mereka menjenguk tapi mereka tidak tulus, bahkan ada yang hatinya berbisik mensyukuri penyakit yang kau derita saat ini..

Itu semua karena selama ini kamu arogan, egois dan bukanlah atasan yang baik, bahkan kau tega memecat karyawan yang tidak bersalah. Engkaupun tidak pernah peduli terhadap penderitaan orang-orang di sekitarmu"

Si pengusaha tertunduk lemah, dan pasrah kalau malam ini adalah malam yang terakhir buat dia, tapi dia minta waktu sesaat untuk melihat anak dan si istri yang setia menjaganya sepanjang malam. Dan sadarlah bahwa dia memang orang yang tidak pernah peduli dan memiliki perhatian yang tulus kepada orang lain. Bagaimana mungkin orang lain tulus mendoakannya ??

Air matanya tambah deras, ketika melihat anaknya yang sulung tertidur di kursi rumah sakit dan si istri yang kelihatan lelah juga tertidur di kursi sambil memangku si bungsu.

Ketika waktu menunjukkan pukul 24:00, tiba-tiba si Malaikat berkata, " Selamat. Tuhan memerintahkanku menunda kematianmu ! Kau tidak jadi meninggal, karena ada 47 orang yang berdoa buatmu tepat jam 24:00."

Dengan terheran-heran dan tidak percaya,si pengusaha bertanya siapakah yang 47 orang itu. Sambil tersenyum si Malaikat menunjukkan suatu tempat yang pernah dia kunjungi bulan lalu.

"Bukankah itu Panti Asuhan?" kata si pengusaha pelan.

"Benar, kau pernah memberi bantuan bagi mereka beberapa bulan yang lalu, walau aku tahu tujuanmu saat itu hanya untuk mencari popularitas saja dan untuk menarik perhatian pemerintah dan investor luar negeri."

"Tadi pagi, salah seorang anak panti asuhan tersebut membaca di koran kalau seorang pengusaha terkena stroke dan sudah 7 hari di ICU, setelah melihat gambar di koran dan yakin kalau pria yang sedang koma adalah kamu, pria yang pernah menolong mereka dan akhirnya anak-anak panti asuhan sepakat berdoa buat kesembuhanmu."

oOo

Saudaraku, Ketika kita sakit, atau meninggal dunia...
berapa banyak orang yang benar-benar peduli dan tulus mendoakan kita ?

oOo

Dari Ibnu Umar bahwa seorang lelaki mendatangi Nabi saw dan berkata,”Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling diicintai Allah ? dan amal apakah yang paling dicintai Allah swt?”

Rasulullah saw menjawab,”Orang yang paling dicintai Allah adalah orang yang paling bermanfaat buat manusia dan amal yang paling dicintai Allah adalah kebahagiaan yang engkau masukkan kedalam diri seorang muslim atau engkau menghilangkan suatu kesulitan atau engkau melunasi utang atau menghilangkan kelaparan.

Dan sesungguhnya aku berjalan bersama seorang saudaraku untuk (menuaikan) suatu kebutuhan lebih aku sukai daripada aku beritikaf di masjid ini—yaitu Masjid Madinah—selama satu bulan.

Dan barangsiapa yang menghentikan amarahnya maka Allah akan menutupi kekurangannya dan barangsiapa menahan amarahnya padahal dirinya sanggup untuk melakukannya maka Allah akan memenuhi hatinya dengan harapan pada hari kiamat.

Dan barangsiapa yang berjalan bersama saudaranya untuk (menunaikan) suatu keperluan sehingga tertunaikan (keperluan) itu maka Allah akan meneguhkan kakinya pada hari tidak bergemingnya kaki-kaki (hari perhitungan).” (HR. Thabrani)

* Hadits ini dihasankan oleh Syeikh al Albani didalam kitab “at Targhib wa at Tarhib” (2623)
(inspiring story)

Percayalah, Allah itu sangat Menyayangimu


Hari ini kita akan membaca Surat Al Baqarah ayat 155-157

Dan SUNGGUH akan KAMI BERIKAN COBAAN KEPADAMU, dengan SEDIKIT KETAKUTAN, KELAPARAN, KEKURANGAN HARTA, JIWA DAN BUAH-BUAHAN. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (155)

(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun”. (156)

Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (157)

Ibnu Katsier menafsirkan ayat-ayat di atas dengan surat Muhammad ayat 31 di bawah ini:

Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu. (31)

Artinya, bahwa ujian dalam kehidupan ini memang sengaja DIKEHENDAKI UNTUK TERJADI oleh Allah untuk sebuah TUJUAN: agar terlihat siapa yang tetap berjuang dan siapa yang sabar.

Dan bila ujian itu telah selesai lalu terlihatlah siapa saja yang berhasil sabar, Allah memerintahkan agar orang itu diberi KABAR GEMBIRA.

Apa TANDA bahwa seseorang itu bersabar dalam sebuah ujian?

Yaitu mereka yang mengucapkan ketika musibah itu datang ucapan: INNAA LILLAAHI WA INNAA ILAIHI RAAJI’UUN (kami hanyalah milik Allah dan kami suatu saat pasti akan kembali kepadaNya). Mengakui benar bahwa dirinya hanyalah seorang hamba dari Tuhan Yang Maha Penyayang. Dan mengerti benar bahwa Allah, Tuhannya, berbuat sesuai kehendak-Nya, serta paham bahwa Ia tidak akan pernah menyia-nyiakan hamba-Nya.

Dan untuk orang-orang yang seperti ini, Allah Memberi mereka pujian dan Melingkupi mereka dengan Rahmat, dan orang-orang yang seperti inilah yang tergolong mereka yang hidup dengan panduan petunjuk Allah.

Saat itu Abu Salamah (suami Ummu Salamah) masih hidup. Suatu hari Nabi mengajarinya pelajaran yang sangat berharga:

“Tiada seorang Muslim yang ditimpa musibah, kemudian ia membaca: INNAA LILLAAHI WA INNAA ILAIHI RAAJI’UUN, kemudian menyambungnya dengan kalimat: ALLAHUMMA ‘JURNII FII MUSHIBATII WAKHLUFLII KHAIRAN MINHAA, melainkan akan diberi ganti oleh Allah.”

Ummu Salamah berkata: “Maka aku ingat pelajaran itu ketika meninggalnya Abu Salamah, kemudian aku bertanya kepada diriku sendiri, ‘Siapakah yang lebih baik dari Abu Salamah bagiku?’.”

Yang terjadi adalah KEAJAIBAN!!! Saat itu Ummu Salamah sudah tua. Sudah memiliki anak. Dan ketika ia mencoba mengucapkan ucapan itu, ternyata Allah mengirim NabiNya. Rasulullah melamarnya, hingga Ummu Salamah berkata kepada Nabi: “Aku wanita yang sangat cemburu, maka aku khawatir jangan sampai terjadi padaku sesuatu yang akan disiksa oleh Allah, dan aku juga sudah tuadan aku juga mempunyai anak.”

Nabi menjawab: “Adapun yang anda sebut mengenai cemburu, maka Allah akan menghilangkannya. Adapun mengenai umur, maka aku pun sudah tua. Adapun mengenai anak, maka anakmu juga anakku.”

Setelah mereka menikah, Ummu Salamah berkata: “Sungguh Allah telah menggantikan untukku orang yang lebih baik dari Abu Salamah, yaitu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (dalam riwayat Imam Ahmad)

Lalu bagaimana dengan trauma?

Seseorang mengalami trauma di masa lalu, meskipun masa itu sudah berlalu sangat jauh, tapi karena trauma itu tersimpan di hati, maka kemungkinan untuk teringat lagi bisa terjadi. Dan bagi sebagian orang, itu adalah siksaan.

Sekali lagi, Allah Maha Penyayang. Ia tahu bahwa ingatan manusia bisa kembali ke masa-masa perihnya di masa lalu. Karena itu Ia Mengajari kita pelajaran yang sangat berharga di bawah ini:

“Tiada seorang Muslim yang ditimpa musibah, kemudian setelah lama berlalu ia teringat kembali, meskipun sudah terlalu panjang bilangan-bilangan waktunya, kemudian (saat teringat hal itu) ia mengucapkan : INNAA LILLAAHI WA INNAA ILAIHI RAAJI’UUN, melainkan Allah akan memperbaiki keadaannya itu, lalu diberinya pahala SEPERTI PADA WAKTU MENDERITA PERTAMA KALINYA.” (dalam riawayat Imam Ahmad dan Ibnu Majah)

Jadi jika kita memiliki banyak sekali kenangan musibah di masa lalu, TIDAK ADA BURUKNYA saat ingat lagi musibah itu, rasa sakit itu, menderitanya saat itu, lalu ucapkanlah tiap kita teringat akan semua itu ucapan-ucapan di atas.

Karena dengan itu, semua musibah pasti akan terganti dengan pahala. Dan keadaan yang buruk di masa lalu itu akan terus diperbaiki menjadi keadaan yang lebih baik lagi oleh Allah.

Dialah Allah, Tuhan Pencipta Langit dan Bumi dan apa-apa yang ada diantara keduanya. Dia Maha Penyayang. Dan Dialah Pemilik Segala Pujian.(from Quraniq enlightment)


Rabu, 19 Januari 2011

Do'a


Ada suatu cerita. Suatu ketika ada seorang anak yang sedang mengikuti sebuah lomba mobil balap mainan. Suasana sungguh meriah siang itu, sebab ini adalah babak final. Hanya tersisa 4 orang sekarang dan mereka memamerkan setiap mobil mainan yang dimiliki. Semuanya buatan sendiri, sebab memang begitulah peraturannya.

Ada seorang anak bernama Mark. Mobilnya tak istimewa, namun ia termasuk dalam 4 anak yang masuk final. Dibanding semua lawannya, mobil Mark-lah yang paling tak sempurna. Beberapa anak menyangsikan kekuatan mobil itu untuk berpacu melawan mobil lainnya. Yah, memang, mobil itu tak begitu menarik. Dengan kayu yang sederhana dan sedikit lampu kedip di atasnya, tentu tak sebanding dengan hiasan mewah yang dimiliki mobil mainan lainnya. Namun, Mark bangga dengan itu semua, sebab, mobil itu buatan tangannya sendiri.

Tibalah saat yang dinantikan. Final kejuaraan mobil balap mainan. Setiap anak mulai bersiap di garis start, untuk mendorong mobil mereka kencang-kencang. Di setiap jalur lintasan, telah siap 4 mobil, dengan 4 pembalap" kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan 4 jalur terpisah di antaranya. Namun, sesaat kemudian, Mark meminta waktu sebentar sebelum lomba dimulai. Ia tampak berkomat-kamit seperti sedang berdoa.

Matanya terpejam, dengan tangan bertangkup memanjatkan doa. Lalu, semenit kemudian, ia berkata, "Ya, aku siap!" Dor!!! Tanda telah dimulai. Dengan satu hentakan kuat, mereka mulai mendorong mobilnya kuat-kuat. Semua mobil tu pun meluncur dengan cepat. Setiap orang bersorak-sorai, bersemangat, menjagokan mobilnya masing-masing. "Ayo..ayo... cepat..cepat, maju..maju", begitu teriak mereka. Ahha... sang pemenang harus ditentukan, tali lintasan finish pun telah terlambai. Dan... Mark-lah pemenangnya. Ya, semuanya senang, begitu juga Mark. Ia berucap, dan berkomat-kamit lagi dalam hati. "Terima kasih."

Saat pembagian piala tiba. Mark maju ke depan dengan bangga. Sebelum piala itu diserahkan, ketua panitia bertanya. "Hai jagoan, kamu pasti tadi berdoa kepada Tuhan agar kamu menang, bukan?" Mark terdiam. "Bukan, Pak, bukan itu yang aku panjatkan," kata Mark. Ia lalu melanjutkan, "Sepertinya, tak adil untuk meminta pada Tuhan untuk menolongku mengalahkan orang lain, aku, hanya bermohon pada Tuhan, supaya aku tak menangis, jika aku kalah." Semua hadirin terdiam mendengar itu. Setelah beberapa saat, terdengarlah gemuruh tepuk-tangan yang memenuhi ruangan.
Sumber : tidak diketahui

Kucuran Nikmat Berkat Amal Saleh


KESULITAN finansial adalah masalah klasik yang hampir pernah dialami setiap orang. Dalam kondisi ini, tidak sedikit orang yang bingung, bahkan stres. Betapa tidak, hajat hidup tinggi tapi pemasukan rendah. Bahkan seringkali minus. Siapapun pasti masygul menghadapi situasi ini. Kondisi ini juga pernah saya alami.

Sebagai guru honor di sekolah swasta di kota Depok, Jabar, gaji saya hanya Rp. 250 ribu perbulan. Uang sebesar itu otomatis bakal terkulai lemas oleh kerasnya cekikan harga barang yang melambung tinggi.

Tahu sendirilah, bagaimana kejamnya kota Depok, yang tak jauh beda dengan kota tetangganya, Jakarta.

Kendati begitu, saya tidak mau pusing, apalagi berputus asa. Meski pendapatan kecil, tapi saya yakin, Allah SWT maha kaya dan pemberi rezeki. Rezeki-Nya tidak akan pernah habis meski tiap detik dikeruk oleh milyaran manusia. Dan terpenting, rezekiku, meski banyak orang di dunia, tak akan ada yang mengambilnya. Saya yakin itu.

Karena itu, saya berniat melanjutkan kuliah S2 meski biaya belum ada. Tapi, dengan kondisi keuangan tipis, saya jadi pesimis.

“Apa bisa gaji Rp. 250 buat biaya kuliah, sedang kebutuhan yang lain numpuk?” batinku.

Rasioku belum bisa menerima. Hitungan matematis masih dominan ketimbang hitungan iman. Jujur saja, hal itu membuatku berfikir keras sekitar sebulan lamanya. Tidur pun jadi tak nyenyak. Gundah gaulana. Yang ada di pikiran hanya satu; kuliah, kuliah, dan kuliah.

Saya pun sadar. Tidak semua bisa dirasionalkan. Ada hitungan Allah SWT yang tak bisa dinalar logika. Sebab, pertolongan-Nya jarang bisa diprediksi oleh logika. Entah besok, bulan depan atau jam ini juga. Wallahu’alam. Untuk mematangkan niatku, saya pun shalat tahajud.

Sekitar sebulan lamanya, setiap di sepertiga malam, saya selalu berdoa kepada Allah sang pengijabah doa.

“Ya Allah, jika niat saya ini baik dan bisa membantu agama-Mu, maka mudahkanlah. Sebaliknya, jika tidak, maka jauhkanlah.”

Itulah doa yang saya panjatkan. Pendek, tapi dalam. Sebuah permintaan sekaligus pilihan; ya atau tidak. Doa itupun saya ulang-ulang. Tak jarang diselingi dengan deraian air mata. Meminta kepada yang Maha Menguasai Kehidupan, memang harus begini. Mengiba. Laksana pengemis kepada majikannya.

Hatiku pun mulai tenang. Putusan untuk lanjut kuliah telah bulat. Tiba-tiba, ada seorang teman yang mengajak silaturahim ke salah satu ustadz. Saya pun ikut. Kebetulan, saya mengenal ustadz yang juga pernah menjabat sebagai anggota DPD sebuah provinsi di Indonesia bagian Timur. Tak disangka, sang ustadz ternyata menyuruhku kuliah lagi. Tak hanya itu, ustadz itu juga memberiku uang Rp. 300 ribu.

“Secepat mungkin, kalau bisa langsung daftar. Jangan ditunda lagi,” ujarnya mantap.

Hatiku pun bergemuruh. Laksana deburan ombak. Bunyinya sahut menyahut dan berakhir di batu karang. Begitu juga hatiku. Kini, ucapan tahmid dan tasbih mengisi penuh relung hatiku.

Ya, Allah inikah tanda doaku Engkau kabulkan? Saya pun langsung mendaftarkan diri. Ketika itu, saya langsung mendaftar magister manajemen pendidikan Islam di sebuah universitas Islam. Jurusan itu saya impikan sejak lama.

Saya ingin jadi “ideolog” dalam bidang pendidikan. Miris rasanya lihat output pendidikan sekarang yang kering spiritual. Hanya kognitif saja yang dijejali. Dengan harapan, saya bisa lahirkan generasi Islam handal. Setidaknya mengikuti jejak Imam Al-Gahzali yang melahirkan generasi Shalahuddin Al-Ayyubi, panglima besar pembebas negeri Palestina. Ya, itulah cita-citaku. Normatif memang!

Kendati sudah registrasi, bukan berarti masalah selesai. Saya harus membayar uang gedung sebesar Rp. 5 juta rupiah. Tapi, lagi-lagi saya yakin Allah SWT akan mempermudah langkah hamba-Nya yang menuntut ilmu. Saya pun tetap optimis melangkah dengan mencari beasiswa kesana-kemari.

Alhamdulillah, akhirnya dapat beasiswa dari sebuah lembaga amil zakat sebesar Rp. 3 juta rupiah. Uang itu sangat membantu kekurangan pembayaran.

Kuliah pun berjalan lancar. Depok-Bogor cukup jauh. Karena tidak punya kendaraan, saya selalu nunut teman satu kuliah dan kebetulan punya motor. Atau, jika tidak, saya naik angkot.

Tak terasa, tiga bulan sudah saya jalani kuliah. Tak ada masalah. Paling keuangan dan itu bisa saya atasi. Namun, yang membuat tiba-tiba menjadi bingung, ada seorang bapak menawarkan putrinya. Masa ada yang mau dengan saya; anak perantauan dan tidak punya uang. Tampang juga pas-pasan. Saya kira, tawaran itu hanya canda. Ternyata tidak. Bapak yang tinggal di Sukabumi, Jabar itu terlihat sangat serius.

Dia menawarkan anaknya yang sedang kuliah di sebuah universitas di Bandung.

“Saya percaya sama adik. Karena itu, saya ingin jodohkan anak saya,” ujarnya serius.

Saya pun langsung mengiyakan meski belum melihat siapa calon istri saya. Ternyata, saya kaget bukan kepalang. Calon istri saya tidak hanya sangat cantik, tapi juga berjilbab. Sosok muslimah yang luar biasa, menurutku.

Karena tahu kondisi saya, seluruh biaya pernikahan diurus mertua. Saya hanya ikut nyumbang Rp. 1 juta rupiah. Awalnya saya memang belum sepenuhnya berani untuk menikah. Apalagi kalau bukan alasan ma’isyah. Kuliah aja belum kelar, apalagi harus membiayai keluarga. Untung saja, pihak mertua selalu men-support saya agar selalu yakin.

Menikahlah, maka engkau akan kaya, begitu dalil yang pernah saya baca. Dan ternyata benar. Dengan pernikahanku, rezeki seolah tak pernah putus. Baru beberapa bulan menikah, saya dapat beasiswa dari provinsi tempat asalku sebesar Rp. 12 juta rupiah. Tak hanya itu, istriku sangat pengertian. Dia tidak pernah meminta sesuatu aneh-aneh, hatta, sehelai kain pun. Subhanallah!

Jadi, sejak menikah hingga sekarang, saya belum pernah membelikan pakaian satu stelpun. Jika ada rezeki, dan hendak saya belikan, dia selalu menolak.

“Jangan mas, pake aja buat biaya kuliah atau membeli buku,” ujar istriku. Saya pun bahagia dibuatnya. Anugerah paling indah dalam hidupku. Betul, istriku adalah perhiasan terindah. Ya, istri yang shalehah.

Kini, dari pernikahanku telah dikaruniai putri yang cantik dan imut. Saya harap, kelak, dia jadi mujahidah shalihah dan pinter seperti Aisyah, putri Nabi.

Tak hanya itu, kuliah S2-ku tinggal menyelesaikan tesis. Jika tidak ada aral melintang, insya Allah, tahun depan sudah diwisuda. Dan, jika diizinkan Allah, saya akan langsung lanjutkan ke jenjang S3. Lengkap sudah nikmat dari Allah SWT yang diberikan kepadaku.

Bagiku, kemudahan dan nikmat Allah SWT tidak gratis diberikan. Setidaknya, ada sebab-musababnya. Saya jadi ingat ketika mendiang ibuku beberapa waktu hendak menghembuskan nafas terkhir berpesan kepadaku.

“Nak, jangan sedih. Jika kita tak lagi hidup bersama di dunia ini, insya Allah kita akan sama-sama di Surga. Jadilah anak yang shalih, jalin silaturahim, dan rajin belajar. Tahu Imam Nawawi? Jadilah seperti dia, ulama besar yang punya karya fenomenal.”

Petuah almarhum ibu-lah yang jadi motivasi hidupku. Petuah itu yang menyemangatiku ketika lemah. Petuah itulah yang membuka cakrawala hidupku. Dan petuah itulah yang membuatku bercita-cita untuk belajar dan kuliah hingga sekarang.

Meski saya tahu, ibu tidak meninggalkan kepingan rupiah, tapi dengan petuah itu, melebih dari rupiah.

Karena petuah itulah, saya berusaha menjadi orang baik. Rajin ibadah, jaga silaturahim, dan suka berbagi pada sesama. Dalam berbagi, misalnya, saya selalu usahakan meski dalam segala keadaan; sempit dan lapang. Termasuk ketika saya dapat beasiswa Rp 12 juta.

Tiba-tiba dua orang teman saya meminjam uang. Tak tanggung-tanggung, masing-masing Rp 3 juta. Karena butuh, tanpa merasa berat, saya pinjamkan uang tersebut.

Saya yakin, dengan itu, Allah SWT akan mengganti rezeki jauh lebih banyak dari itu. Dari apa yang telah saya lakukan, bisa jadi, pertolongan Allah SWT tak pernah terputus. Saya pun selalu beramal saleh, jika ingin pertolongan Allah terus mengucur.

[ Seperti diceritakan Imam kepada hidayatullah ]

oOo

Tidak pernah berputus asa orang yang dekat dengan ALLOH SWT . Dia-lah pemilik nasib hamba-hamba Nya. Dia mampu membalikan nasib kita dalam sekejap "... idza aroda syai-an an yaqula lahu : Kun fayakun ! "

"Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: "Jadilah!" Lalu jadilah ia. ( QS: Albaqoroh : 21)
"

Ayo kita :" Rajin ibadah, jaga silaturahim, dan suka berbagi pada sesama." Agar dimudahkan kehidupan kita oleh ALLOH SWT dan dikumpulkan kita di syurga - Insya Alloh - Amiin(from inspring story)

Semoga ini baik, Insya Allah


Dikisahkan, ada seorang raja yang setiap pergi berburu selalu ditemani oleh seorang sahabatnya yang terkenal dengan ketakwaan dan wirainya. Tiap kali raja menemui sesuatu yang tidak mengenakkan, sahabatnya selalu berkata, “Semoga itu baik, insya Allah.” Kata-kata ini selalu diulang-ulanginya pada setiap kejadian yang secara dhahir adalah kejadian buruk.

Pada suatu hari saat sang raja berburu bersama sahabatnya ditemani oleh pengawalnya, jari raja terkena tombak dan terpotong. Darah pun mengucur. Si sahabat berkata, “Semoga itu baik, insya Allah.” Raja marah dan memerintahkan pengawalnya untuk memenjarakannya. Saat pengawal ditanya, “Apa yang dikatakannya saat kalian menutup pintu penjara?” Pengawal menjawab, “Ia hanya mengatakan, ‘Semoga ini baik, insya Allah.”

Suatu ketika saat raja pergi berburu tanpa ditemani oleh sahabatnya, ia tersesat di hutan. Sedangkan di hutan tersebut terdapat suku yang menyembah berhala dan tiap tahun mengorbankan orang kepada berhalanya tersebut. Raja pun ditangkap oleh suku tersebut. Namun, saat diperiksa didapati bahwa jari raja tidak lengkap. Mereka pun menolak mengorbankannya, sebab korban harus dalam kondisi yang sempurna. Raja lalu dilepas dan ia kembali ke istananya.

Akhirnya ia menyadari kebenaran ucapan sahabatnya. Sahabatnya pun dikeluarkan dari penjara. Raja bertanya, “Ketika engkau mengatakan, ‘Semoga itu baik, insya Allah.’ Saat jariku terpotong, aku menyadari bahwa kebaikan itu adalah aku tidak jadi disembelih untuk berhala karena fisikku tidak sempurna. Sekarang saat engkau dipenjara, apakah kebaikan itu?” Ia menjawab, “Andaikata saat itu saya bersamamu, maka mereka akan menyembelih saya sebagai penggantimu.”

oOo

Jika anda mendapat kejadian buruk ucapkan : "Semoga ini baik, insya Allah.”
Semoga ALLOH SWT memberi kebaikan pada kehidupan Anda. Amiin :)

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah Maha Mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetauhi”. (QS Al-Baqarah : 216).